.post-body.entry-content { text-align: justify; }

Jumat, 25 Januari 2013

PENEMUAN BUKTI TERBARU BAKTERI TERTUA PENGHIRUP OKSIGEN

PENEMUAN BUKTI TERBARU BAKTERI TERTUA PENGHIRUP OKSIGEN
"Ini memberi kita penanggalan baru untuk Peristiwa Oksidasi Besar, masa ketika atmosfer pertama kali memiliki oksigen."

Penelitian terbaru dari University of Alberta menunjukkan bukti pertama bahwa bakteri penghirup-oksigen menempati dan berkembang di darat 100 juta tahun lebih awal daripada yang diperkirakan sebelumnya.
Para peneliti menunjukkan bahwa bentuk paling primitif dari kehidupan di darat yang menghirup oksigen muncul 2,48 milyar tahun yang lalu.
Tim peneliti, yang dipimpin geomikrobiolog U of A, Konhauser Kurt, menyelidiki hubungan antara kadar oksigen atmosfer dan peningkatan konsentrasi kromium dalam bebatuan dasar laut purba. Para peneliti menunjukkan bahwa lonjakan kadar kromium dipicu oleh oksidasi daratan dari pirit mineral.

Oksidasi pirit didorong oleh bakteri dan oksigen. Bakteri aerobik meruntuhkan pirit, yang merilis asam pada skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Asam ini kemudian melarutkan batu dan tanah menjadi koktail logam, termasuk kromium, yang ditransfer ke laut oleh limpasan air hujan.
Konhauser mengatakan bahwa kunci dari proses ini adalah oksigen di atmosfer bumi yang memungkinkan oksidasi pirit bakteri. Para peneliti melakukan penanggalan puncak untuk kadar kromium dalam batuan sedimen laut itu mencapai 2,48 milyar tahun yang lalu.
“Ini memberi kita penanggalan baru untuk Peristiwa Oksidasi Besar, masa ketika atmosfer pertama kali memiliki oksigen,” kata Konhauser. “Meningkatnya kadar oksigen atmosfer memupuk evolusi spesies bakteri baru yang bertahan hidup dengan respirasi aerobik di darat.
“Nenek moyang kita dimulai dalam penangas asam sebagai bakteri penghirup-oksigen.”
Bentuk kehidupan bakteri yang sama masih hidup hingga saat ini, hidup dari pirit dan menetap di perairan limbah yang sangat asam pada lokasi-lokasi pertambangan di seluruh dunia.
Peneliti`n Konhauser bersama timnya ini dipublikasikan dalam edisi 20 Oktober jurnal Nature.

0 komentar:

Posting Komentar