Penggunaan Bahasa Indonesia
Ilmiah
Proses penulisan dapat langsung
dilakukan tanpa menunggu data-data yang kita perlukan secara utuh. Dengan
begitu kita dapat memulainya dengan langkah kecil terlebih dahulu misalnya
dengan memperdalam lagi kajian pustaka dengan buku yang saat itu tersedia dan
dapat juga dikerjakan pada kerangka-kerangka tulisan lainnya dan harus
memperhatikan sifat tulisan ilmiah.
1.
Bahasa Tulisan Ilmiah
Sesuai
dengan tulisan ilmiah, yakni sifat objektif, maka bahsa sebagai wadah
informasinya pun harus mengandung sifat objektif, monointerpretatif, tidak
mengandung sentuhan-sentuhan emosi seperti penggunaan gaya bahasa, dan tidak
menimbulkan kesan sulit yang ditafsirkan.
a)
Terhindarnya dari gejala
penyimpangan bahasa
Sebelas
jenis penyimpangan bahasa, yakni penyimpangan makna kata, penyimpangan sistem
penulisan, simplifikasi, interferensi intrabahasa, salah kaprah, pengaruh
kalimat transitif, penggunaan kopula, susun predikat pasif, pola tidak
konsisten, kekeliruan dalam ellipsis subjek kalimat, dan simulfiksasi.
b)
Eksplisitnya unsur inti kalimat
Dalam
hal eksplisitnya/tersurat unsur inti kalimat, bahasa tulisan ilmiah cenderung
bertentangan dengan bahasa tulisan
semiilmiah karena tulisan ilmiah berisi informasi yang eksplisit atau tersurat.
Contoh:
kalimat
dengan unsur inti kalimat tidak eksplisit pada unsur subjek
·
Sungai
Citarum sungai terpanjang di Jawa Barat. Melewati beberapa kabupaten, yakni
Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Cianjur, Purwakarta, Subang, dan Kabupaten
Karawang. Akhirnya bermuara ke Laut jawa, di kota Pamanukan.
Dalam tulisan ilmiah hendaknya
ditulis seperti ini,
·
Sungai
Citarum merupakan sungai terpanjang
di Jawa Barat. Sungai ini melewati
beberapa kabupaten, yakni Kabupaten Bandung, Bandung Barat, Cianjur,
Purwakarta, Subang, dan Kabupaten Karawang. Akhirnya bermuara ke Laut jawa, di
kota Pamanukan.
Kalimat dengan unsur inti kalimat
tidak eksplisit pada unsur predikat,
·
Titik
tertinggi di dunia ini Mount Everest. Tinggi puncak tersebut 8850 meter.
Dalam tulisan ilmiah hendaknya
ditulis seperti ini,
·
Titik
tertinggi di dunia ini Mount Everest. Tinggi puncak tersebut tercatat
8850 meter.
c)
Eksplisitnya kata tugas
Kata
tugas yang cenderung dilesapkan adalah konjungsi dan preposisi.
Contoh:
·
(Dengan) berdasar pada teori ST.
Alisyahbana, ada dua macam keterangan kalimat, yakni keterangan yang erat
hubungannya dengan predikat dan keterangan yang renggang hubungannya dengan
predikat.
·
(Setelah) memerhatikan gejala-gejala
sembuhnya penyakit lever karena minuman daun Paliasa, maka Prof. Gemini Alam
mencoba melakukan uji coba laboratorium tentang zat-zat kandungan daun Paliasa
tersebut.
d)
Menghindari penggunaan kata-kata
bermakna konotatif
Tulisan
ilmiah harus terhindar dari penggunaan kata yang berpeluang memunculkan makna
konotatif baik makna rendah maupun makna tinggi karena harus bersifat netral.
Selain itu penulis juga harus konsisten dalam memilih dan menggunakkan kata tersebut.
Contoh:
·
Kata
Babu dan Pramuwisma
Makna
denotatif sama yakni pembantu rumah tangga. Makna secara konotatif, babu
terkandung makna sosial rendahan, bahkan mungkin lebih hina. Sedangkan
pramuwisma terkandung makna sosial yang lebih tinggi, lebih berharga dari babu.
·
Kata
Perempuan dan Wanita
Makna
denotatif sama yakni jenis kelamin yang berlawanan dengan laki-laki. Makna
secara konotatif, perempuan terkandung makna sosial rendah daripada wanita,
kurang terpelajar, lebih banyak tinggal di rumah, tradisional, dan lain-lain
lagi. Sedangkan wanita makna sosialnya lebih tinggi daripada perempuan,
terpelajar, modern, aktif dalam pembinaan lingkungan, dan lain-lain lagi.
0 komentar:
Posting Komentar